Kisah Tentang Hujan


Breaking News

Ads

Wednesday, January 18, 2017

Sajak : Hujan dan Kenangan


                

Hujan membuat suasana menjdi semakin muram. Setiap tetesnya merupakan kenangan yang sulit di lupakan. Hujan selalu memberikan elegi elegi dimana saat hujan datang suasana jalanan semakin lenggang, yang berjalan mulai membuka payungnya, yang berkendara mulai beriringan meneduhkan diri dan yang mulai sendiri merasa sepi.
                
Aku memandang wajahmu bopeng digerus bermacam macam gelombang kecemasan kepada moral dan raklame jantung kota. Aku melihat jelas, deru mobil di sepanjang aspal jalan yang menghitam. Kau memekikkan luka masa yang dijajah dengan cara pandang dan teknologi. Seperti rubaiyyat burung yang dicuri kandangnya. Kaupun menjadi manusia nomaden yang konon rumahnya terpancang di bukit bukit terlarang.
                
Aku masih dengan tegasnya menyokongmu dari kejauhan, seperti embun pagi yang mulai terseok seok oleh keributan kota dalam pedesaan. Dalam sajak dan benak aku mulai berfikir bagaiman hujan dan kenangan dapat memberikan sedikit pelit terhadap suasan hati yang duka.
                
Ah, hujan dang kenangan berangsur angsur pergi meninggalkan hati ini, batinnya. Purnama bulat menggantung di langit atas gubuk tua yang tersapu ombak kenangan serta hujan yang sudah lama tak berhenti. Semula, Hujan dan kenangan itu adalah mimpi bagiku. Untuk mencapainya ada siluet laut yang membentang yang harus aku lewati setiap baitnya.

18 January 2017

No comments:

Post a Comment