Surat Sajak : Gemercik
Lagi-lagi abu-abu berada dalam kota-kota yang mulai gelap gulita, angin yang datang tak lagi sejuk, terasa ada embun yang angin bawa untuk dedaunan yang bergoyang dihempasnya pelan-pelan. Cahaya surya mulai tertutup sang pangeran langit, gelegar mulai terdengar menandakan dia akan memberi sebuah rahmat yang memang ditugaskannya oleh raja seluruh jagat raya. Aroma tanah yag khas menandakan dari kejauhan dia telah jatuh. Sedang para manusia yang bergerombol seperti semut yang mengrogoti tanah untuk membuat sarang mulai kocar kacir keluar jaulurnya. Mereka mulai mencari akar pohon bebatuan dan daun layu yang mereka rasa dapat membuatnya tetap hangat.
Manusia yang acuh, yang hanya fokus pada apa yang ia kerjakan sejak gemercik turun mulai menampakan sifat aslinya. mereka mulai bertanya apakabar kepada orang yang didekatnya. mulai memperbincangkan soal oasis sampai gurun pasir. Ada juga yang sekedar menyapa lantas diam seperti nonton bioskop dimana filmnya adalah semut yang memakai pelastik nekat melanjutkan perjalanya. Gemercik selalu dinanti oleh para manusia yang merindukan sifat aslinya, dimana perbincangan antar keluarga mulai tercipta dari hal sekecil itu. ibu yang mulai menghentikan aktifitas menjahitnya dan ayah mulai menghentikan aktifitas berkebunya. Lantas mereka berdua mulai berbincang dengan secangkit kopi dan teh serta roti bulat coco pandan tahun 90 an.
Lucu juga melihat hal-hal seperti itu. tertawa, senyum, rasa cinta, kebahagiaan, ikut mengalir dalam gemercik yang tidak terlalu lama. Tuhan memang maha sempurna, benar katanya. hujan adalah rahmat yang DIA berikan untuk umat manusia. bagi dia yang suka menikmati. ternya benar aku hanya melamun kala hujan mulai jatuh menguyur kota ini, lucu sekali imajinasiku kali ini. selamat berhuja-hujanan.
Yusuf Hafizh S // 24 April 2018



No comments:
Post a Comment