Sore itu hujan menguyur kota Madiun dengan sangat deras, Orang orang yang berlalu lalang segera menepi untuk memakai jas hujanya. dan beberapa menepi untuk sekedar menunggu hujan reda. bertemu dengan orang orang yang tidak dikenal dan membuka sebuah pembicaraan, Untuk sekedar menghapus sepi kala hujan masih senang senangnya menari nari bersama angin dan bumi.
Aku yang sedang duduk memperhatikan jalanan tiba tiba didatangi ayah dengan membawa secangkir kopi. Ayah duduk disebalahku sambil menanyakan bagaimana sekolahku. dan beberapa hal yang menurutnya penting untuk ditanyakan.
Selepas ayah bertanya. suasana menjadi hening. hanya suara hujan yang ramai memukuli genting genting rumah.
Tak lama ayah memecah kesunyian dengan sebuah pertanyaan lucu. Dia bertanya bagaimana pendapatku terhadap hujan sekarang ini.
Aku menjawapnya dengan tertawa, karana menurutku pertanyaan itu hanya candaan untuk memecah kesunyian. Aku menjawab. Bahwa hujan hanya membawa kita kepada masa lalu. Membawa kita kepada kenangan kenangan yang telah terlewat dengan cepat. Bahwa hujan hanya membawa kita kepada pemikiran bahwa kita dahulu bahagia dan sekarang [sepertinya] tidak.
Ayah tersenyum dengan jawaban ku itu. Katanya aku terlalu banyak menonton film; Kata ayah hujan adalah jeda dimana orang orang yang tadinya hanya sendirian mendapat teman. Dimana keluarga yang tadinya sibuk dengan aktifitasnya masing masing berhenti dan berkumpul bersama hanya untuk mengobrol dan bergurau. Dimana orang orang yang berada di kator meluangkan waktu untuk menyeduh kopi dan mulai beranjak untuk sekedar mengobrol bersama temanya.
Diamana yang tadinya jalanan ramai oleh bisingnya suara kenalpot, sekarang beralih menjadi bisingnya percakapan orang orang di pingir jalan. Kau tau tidak selamanya hujan itu membawa kita kedalam kenangan masa lalu. Namu hujan itu seperti jeda dimana kamu dapat lebih bahagia saat hujan datang.
Yusuf hafizh 04 februari 2017
No comments:
Post a Comment