Kisah Tentang Hujan


Breaking News

Ads

Monday, May 21, 2018

Hari Itu langit Sedang Abu Abu



Sudah beberapa hari hujan masih mengguyur kota. Awan yang abu abu masih menemani langit. rintik demi rintik air masih jatuh, hanya gerimis bukan hujan deras seperti malam tadi. Angin yang berhembus membuatku memakai baju agak tebal dan jaket, aku tidak ingin kedinginan dan sakit. Hari ini pukul 16.25, aku terjebak di halte bus sudah hampir 30 menit. Menunggu bus yang tak kunjung datang. biasanya aku pulang Kuliah ditemani oleh Tsamara, perempuan cantik yang tidak terlalu tinggi degan mata sipit dan senyum manisnya. 

Suara klakson kendaraan membuat ramai suasana, Orang orang yang tidak sabaran menantikan lampu hijau di seberang jalan, tak banyak yang dapat dilakukan di halte bus. hanya saja beberapa orang disini banyak yang memaninkan ponselnya untuk bermain game favoritnya, namanya juga anak sekolah jika bukan itu lantas apa lagi. Selebihnya mengobrol dengan rekan kerja dan ada juga anak kesil yang bermain air. 

Sementara aku duduk sambil mendengarkan musik, menyandar dekat tiyang penyagga halte. Jika tadi aku tidak menolak tawaran rani untuk pulang bareng pasti aku tidak akan berlama lama disini. ada banyak waktu yang aku buang disini, namun jika aku nekat berjalan kaki pasti basah kuyup. sudah hampir satu jam bus akhirnya bus yang mengarah kerumahku tiba juga. banyak orang yang sudah menunggu kedatangannya, sampai sampai ketika masuk berdesak desakan berharap tidak kehabisan tempat duduk. Syukur setiap orang mendapat tempat duduk sehingga tak perlu berdiri untuk sampai tujuan yang dituju. 

aku berada ditengah, sisi kiri agak didepan. ketika hendak berangkat tiba tiba bus berhenti mendadak, kupikir kehabisan solar atau roda bus bocor, ternyata ada gadis yang berlari menghampiri bus. beruntung pak kernet mengetahuinya, sehingga bus masih bisa berhenti tidak jauh dari tempat halte. gadis dengan perawakan agak kecil dengan kacamata itu agak basah, menaiki bus. menoleh kekanan dan kekiri mencari tempat duduk kosong. dia datang menghampiri ku.

"Kak, Apa aku boleh duduk disini?" tanyanya dengan tersenyum

"Silahakan saja," 

Sahutku dengan nada bisa, dia lalu tersenyum kembali dan duduk disebelahku. dia tampak gelisah sambil menggenggam tanganya dan meniup niupnya supaya hangat. Nampaknya dia agak kedinginan karna sempat kehujanan tadi. Aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. dengan nada tidak terlalu tinggi aku bertanya kepadanya.

"Dek, Kamu kedinginan?"

"Tidak, aku tidak apa apa kak" 

Nampaknya dia tak ingin ada orang yang merisaukanya, setelah kutanya nampaknya dia menahan gigilnya. Beranggapan bahwa hangat. Aku tak tega melihatnya kedinginan, lalu aku melepas jaketku dan aku menawarkan untuk dia pakai. awalnya dia menolak dan berdalih bahwa dia tidak apa apa, namun aku memaksanya untuk memakai jaketku agar dia tidak masuk angin. Akhirnya dia menerima tawaranku, entah karna aku memaksa atau dia memang tidak kuat menahan dingin. Pada saat itu mulailah perbincangan singkat di dalam bus, saling bertukar nama sembari menayakan hal hal lain. 

Dia, gadis itu namanya Khania Raina. Biasa dipanggil Rere. Katanya. Aku Tertawa ketika dia mulai menceritakan awal kenapa dia dipanggil Rere. Dia bilang dulu pada waktu masih kecil, Dia suka makan atau dalam bahasa jawa kasar disebut "Kere". Akhirnya teman temannya memanggilnya "Kere" Dan akhirnya Rere. Tak berlangsung lama percakapan kami karna rumahku sudah dekat.

Aku keluar dari tempat dudukku dan mengucap selamat tinggal kepadanya dan dia tersenyum. lantas berjalan menuju kernet bus dan meminta turun didepan Alfart. ketika aku turun hujan masih gerimis akau langsung berlari dan berteduh didepan Alfart. Perasaanku agak tidak enak seperti ada yang tertinggal di dalam bus. Benar saja jaketku masih dipakai Rere. tak masalah sebenarnya jika jaketnya dibawa, yang menjadi masalah dometku ada dalam saku jaket itu. 

Ah, yasudahlah tak apa, disana juga ada KTP, jika dia menyadarinya pasti akan mengembalikanya. Fikirku. Tak berselang lama hujan benar banar berhenti dan aku berlari menyebrang jalan untuk menuju rumah. 

***

Hari ini sungguh melelahkan, kuliah yang menyibukan dengan banyak tugas, belum lagi pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan. Maklum dirumahku tidak ada pembantu. aku tinggal bedua bersama ibuku. ayahku sudah meninggal tiga tahun lalu akibat kecelakaan yang menimpanya saat berada dipertambangan. Hari itu aku tiba dirumah sudah sangat sore lalu aku langsung menyipan tas serta lekas mandi dan sholat magrib berjamaah bersama ibuku. Tak lama aku dipanggil ibu untuk makan malam. Percakapan dimeja makan cukup hangat ibu banyak menanyakan soal bagaimana perkembangan perkuliahanku. Ibu cukup intens menanyakan hal hal seperti itu, aku juga tahu harapan besar setelah ayah meninggal adalah aku lulus dan langsung berkerja.

Tak lama setelah perbincangan hangat itu, Aku sudah selesai makan lantas mencuci piring dan sekedar merapikan meja makan. 

Aku beranjak masuk kekamarku melihat beberapa koleksi buku yang aku miliki dan mulai membaca. Malam itu cukup asik untuk membaca tak lama seteah aku membaca tiba tiba handphone ku berbunyi "Klintung" suaranya. Ternyata itu Tsamara sahabatku. Dia menayakan sudah makan atau belum, seperti biasanya dia selalu menanyak hal sama. Aku tak mengerti mengapa dia tidak bosan selalu menanyakan hal yang itu itu saja sejak tiga tahun belakangan. kadang juga ketika aku mengatakan belum makan dia datang kerumahku untuk mengantar masakannya. Hal itu membuat dia dekat dengan ibuku, rasanya cukup menyenangkan memiliki sahabat seperti dia. ibuku jadi memiliki teman mengobrol.

tak berlangsung lama aku mengobrol dengan Tsamara lewat pesan singkat. Memang kita sering mengobrol langsung, sebab itulah yang membuat kami tidak pernah menghabiskan waktu untuk lama lama bertukar pesan.

Malam itu aku menyudahi membacaku tepat pukul sembilan malam. aku mematikan beberapa lampu ruangan dan menyisakan lampu tengah tetap menyala, kulihat ibu sudah terbaring tidur dikamarnya. aku kembali kekamarku untuk beranjak tidur. tak berselang beberapa lama Handphone ku berbunyi lagi. Fikirku aneh, Tsamara harusnya tahu jam berapa biasanya aku tidur. Akhirnya aku meraih Handphoneku ternyata bukan Tsamara. Dia Rere, gadis tadi yang aku pinjami jaket. 

"Selamat malam kak, tadi jaketnya aku bawa" Sahutnya dalam psean singkat.

Aku tak mengerti dari mana dia mendapatkan nomor handphone ku. dari pada membuatku terus berfikir seperti itu akhirnya aku bertanya kepadanya langsung. Katanya ketika tadi dia hendak mencuci jaketku dia menemukan ada dompetku didalamnya, sebenarnya dia tidak berani membuka dompetku sebab itu barang pribadi milikku. Akhinya dia memberanikan diri untuk membukanya dan mendapati foto KTP ku disana. Katanya juga, ada nomor Handphone ditulis di kertas kecil dan sementara di bagian belakang ada tulisan "Hubungi aku jika menemukan dompetku". Aku cukup malu dan juga beruntung, tak disangka tulisan iseng iseng itu akhirnya terpakai juga.

Tak terduga aku malah keasikan dengannya lewat pesan singkat, suatu hal baru yang aku rasakan. Malam itu pukul 21.30 hujan mulai mengguyur kembali kota ini. hawa dingin mulai merayap memasuki celah celah jendela suara gelegar kembali  terdengar. Malam ini tidak sepi seperti biasanya, rasanya hatiku mulai hangat seperti suasana saat ini. lewat pesan singkat dia mengajakku untuk bertemu kambali. esok 4 Desember 2017, kami akan bertemu  untuk kedua kalinya. Di Caffe pinggir kota pukul tiga sore. 

Pesan singkat itu dia akhiri dengan mengucap selamat malam. dan aku tak membalasnya. Sesegara mungkin aku beranjak tidur. Semoga memang esok aku bisa bertemu dengannya.

***

Yusuf Hafizh




No comments:

Post a Comment