Dulu sekali Aku sering menerka nerka kenapa aku bisa di lahirkan dalam keluarga yang sederhana ini. Mengapa dulu aku tidak dilahirkan di luar negri, lahir bersama keluarga yang kaya raya, hidup enak tanpa ada banyak beban fikiran. Dulu Aku sering berfikir betapa tuhan itu tidak adil, mengapa dia menciptakan aku dalam keluarga yang sederhana seperti ini. Aku sempat iri kenapa orang lain, bagaimana mereka hidup seperti tidak ada beban. Bersekolah tanpa memikirkan biaya, Mengendarai sepeda motor terbaru. Selalu ganti gedjet setiap bulan. Begitu irinya diriku sampai sampai aku merasa tuhan benar benar tidak adil padaku.
Dalam hidup, aku sempat menanyakan pertanyaan pertanyan konyol pada diriku sendiri. Mencoba memanipulasi keadan, dalam mimpi yang akupun tidak ingin bangun dari tidur. Aku mencoba agar bayangan bayangan itu tidak hilang begitu saja. Aku berusaha agar tidak bangun dan menerima keadan yang ada.
Lalu suatu hari, Aku mendapati lelaki itu sedang membopong sekarung rongsokan, Dia kelihatan sangat letih sekali sampai sampai Dia hampir terjatuh. Dari kejauhan aku mengamatinya. Tampa disuruah sedikit demi sedikit airmata mulai berlinang. Aku menangis saat itu. Yah aku benar benar menangis saat itu.
Aku yang sedari dulu hanya memikirkan kehidupan orang lain. Tidak melihat seberapa keras usaha bapak. Merasa hina. Merasa jijik dengan diriku sendiri. Aku yang sedari dulu hanya menginginkan hidup mewah, Sekarang menyadari bahwa hidup adalah sebuah proses yang panjang. Bukan tentang barang mewah yang membahagiakan namun karana kasih sayang yang membuat sesederhana ini manjadi kaya.
Aku hanya menyaksikan sepertiga dari hidup bapak, Selebihnya aku tidak tahu apa yang dia lakukan dulu.
Aku memang dapat bermimpi sebanyak mungkin, Namun bapak tidak mungkin bermimpi sebanyak sepertiku. sebab mimpinya adalah aku. sebab harapanya dari sisa hidupnya adalah aku.
Karena bapak aku jadi mengerti, bahawa kebahagiaan itu tidak diukur dari seberapa ia memiliki materi. Namun dari seberapa ia menghargai sebuah keluarga yang utuh dan harmonis.
Karna bapak, aku jadi memahami. Mimpi bukanlah hal yang buruk, namun berhenti dan terus menerus berada dalam dunia orang lain adalah rasa sakit terburuk dalam hidup.
kepada bapak.
Trimakasih Karna sudah menjadi bapakku. tanpamu mungkin aku tidak dapat ada di dunia.
Yusuf Hafizh || 07 Februari 2017
09:39 kala hujan membanjiri kota
No comments:
Post a Comment