Ads
Tuesday, September 27, 2022
Thursday, September 10, 2020
Bapak
Suatu pagi kala mendung masih terjelembab pada keruhnya dunia, bapak tiga anak tersebut telah sibuk mengais puing puing rupiah dalam arus sungai yang deras. cangkul tua yang selama 20 tahun terakhir bersamanya, mulai reot dan pecah di bagian mulutnya. jelas saja teman curhatnya tersebut telah menghantam ribuan batu didasar sungai kehidupan tersebut. Dulu kala tubuhnya masih kuat bapak tiga anak tersebut berhasil membuat rumah dari keringatnya sendiri.
Dari bilangan nol sampai sekian puluh telah ia lalui agar anaknya tidak terkena hujan kala hujan datang. serta tidak kepanasan kala matahari sedang terik teriknya.
Bapak tiga anak itu menghidupi. Bahkan membuat anak sulungnya berhasil lulus dari salah satu Universitas ternama kota Malang. tentu saja banyak yang berbincang tentang keberhasilannya dalam menata keluarga. tentu saja banyak yang iri dengan jerih payahnya. keringat yang dari pagi tadi bercucuran dia simpan untuk tunas muda dalam padang pasir gersang. Ada banyak sekali harapan untuk tiga tunas yang ia tanam tersebut.
Bapak tiga anak tersebut, pernah berkata “Nak, kelak jika kamu besar jadilah laki laki yang bertanggung jawab bagi keluarga kecilmu” dulu aku tidak mengerti kata kat seperti itu, aku menganggapnya bisikan dari suara radio yang reot. atau TV hitam putih yang mulai buram untuk dilihat.
bapak tiga anak tersebut berkata bukan tanpa alasan, ia beralasan kuat agar kelan anak anak anaknya menjalani hidup yang lebih baik darinya.
Kau tau siapa bapak tiga anak tersebut..?
Kau benar.!
Dia bapak ku, bapak tiga anak itu adalah bapak ku.
℗yusufhafiz
Bali, 27 November 2016
Peneduh
Desember selalu meberikan aroma khas, entah itu saat akan turun hujan atau saat akan kering oleh panasnya matahari. Angin yang berhebus kadang mengjak bercanda dengan menggesek dedaunan yang mulai renta, Membuat sang peneduh jatuh berguguran.
Kau tau kenapa payung disebut peneduh.?
yah, karna memang itu fungsi dari payung sebenarnya. Melindungi tuannya dari air hujan dan kemarau.
yusuf hafizh
Ponorogo, 23 Desember 2016 (03.40)
Sedang Sakit, Menuju Kerusakan
Dekadensi moral dan hedonisme telah mencabut akar budi pekerti dan rasa kemanusiaan yang mereka warisi dari pendahulu-pendauhulu mereka mereka.
Sementara demam kebarat-baratan telah merubah gaya hidup dalam semua sisinya secara begitu cepat.
Yang itu semua berhasil mengikis semangat berkorban dan menyeret generasi menjadi barisan orang-orang yang lalai dan lengah.
Apakah yang bisa diharapkan dari sebuah generasi yang telah digerogoti oleh berbagai penyakit ganas dalam semua aspek kehidupannya?
Padahal satu penyakit saja sudah cukup untuk membunuh sebuah generasi yang kuat. Lantas bagaimana pula jika semua penyakit itu menyatu dan menjangkiti tubuh generasi penerus?
Suku Kata
Saya orang yang nyantai kalau muka saya dikata-katain. Cuma, ngingetin aja sih: Kalau ada orang lain yang ngambek pas kamu ledekin penampilannya, jangan dibilang baperan. Mereka berhak ngambek. Mungkin emang kelakuanmu aja yang kayak tai :)
---
Tidak akan pernah ada Wanita yang bahagia menikah dengan pria yang tidak bisa memberinya masa depan.
Cinta itu tidak buta, kamu pernah beli barang dari luar bagus banget displaynya, kita pesan online bagus dari displaynya, ketika datang begitu kita pegang bahanya jelek banget.
Salah pilih pasangan karena penampilan tuh kayak gini juga, secakep apapun begitu pasangan kita itu nyebelin, ganteng nya luntur, secantik apapun kalau dia cerewet kayak kuntilanak kamu akan menyesal seumur hidupmu.
1. karakter
2. kebiasaan
3. sikap
4. nilai-nilai
Empat hal ini lebih penting daripada keadaan dia hari ini. dia ganteng, dia cantik, dia kaya. Jangan terpesona hari ini dia kaya tapi kalau dia tidak punya karakter, besoknya bisa jatuh miskin.
---
Apakah semuanya kita sangka akan menjadi lebih baik, jika kita bisa mengulang yang pernah terjadi dan mengambil ulang keputusan yang pernah kita buat dan memperjuangkan lebih kuat untuk hal-hal yang kita inginkan?
---
Apapun yang kita yakini hari ini, yang kita perjuangkan, yang kita upayakan, yang kita usahakan dan setiap pilihan yang kita ambil, kita tetap fokus dan berjuang untuk mencapainya. Ada satu hal yang harus kita yakini bahwa apapun yang kita perjuangkan tidak pernah sia sia, apa yang kita yakini akan terwujud dan setiap hal yang kita upayakan tercapai dikemudian hari, hingga satu saat kita berkata bahwa usaha tidak pernah membohongi hasih. Bahwa pelangi menunggu hujan reda.
---
Akan ada masa dimana aku akan berada di titik jenuh dan aku akan merasa teramat sangat lelah untuk memperjuangkanmu hingga tak ingin menanti pesan singkat darimu, apapun itu.
---
“Kau mati-matian memperjuangkan seseorang yang kau yakini adalah jodohmu. Tapi pada akhirnya, jodohmu adalah kematian. Bukan manusia.”
— Bagaimana?
---
Bangun, jangan diam, jangan menjadi orang yang paling rugi karena hanya bergelut dengan perasaan entah apa yang kamu sebut. Dunia ini indah jika mau berdamai.
Friday, February 15, 2019
Cerpen : Batas Antara Kamu Dan Aku
Cerpen : Satu Hari Di Bulan Desember
Hujan semakin deras. Aku mulai menggigil bersama kesendirian, arahku mulai tak beraturan hati ku mulai membeku didasar lautan. Lagi dan lagi satu persatu orang yang aku cintai meninggalkanku, termasuk kamu. Sudah sekian lama kita bersama hingga pada satu kesempatan diantara rintik hujan kau tiba tiba menghilang. Sudah berusaha aku kejar sayang tak pernah sampai, tak pernah aku gapai. Bayangmu selalu hadir tak mudah untuk aku lupakan, telah kucoba berbagai cara tetap saja ada. Aku terus berupaya agar rasa sakitku berakhir bersama letupan kembang api itu. Aku ingin rasaku menghilang sesaat setelah letusan itu. Seperti kembang api hadir membawa kebahagian malam dan menghilang tanpa luka dan meninggalkan kesunyian.